The Human Heart, So Many Things to Learn About

Hedonism

there are so many things I need to learn ………!!

wow, I can’t believe it.

waktu saya masih SMA, saya pikir saya cuma akan cukup dengan belajar teknologi komputer

waktu saya menjelang lulus SMA sampai kuliah, saya pikir saya sangat membutuhkan persahabatan, bidang psikologi, dan hal2 yang berhubungan dengan hubungan manusia JUGA, di samping komputer

koma……

untuk sekian lamanya, hanya itu yang ada dalam pikiran saya

entah kenapa, lama2 saya menjadi *diperlukan*… dalam artian bahwa diperlukan itu tidak 100% murni keinginan saya, untuk mempelajari hal-hal lain.

ada beberapa yang memang ingin saya pelajari, misalnya tentang fotografi, film, musik, dan seni. juga tari. (ya semua tadi seni sih) dan sedikit banyak kesehatan, baik kesehatan fisik, emosi, maupun spiritual. (spiritual di sini bukan berarti ‘religius’ dalam hubungannya dengan agama, tapi lebih kepada spiritual dalam konteks kebatinan)

tapi ada hal-hal lain yang tidak 100% ingin saya pelajari

misalnya bisnis
finansial
desain interior, eksterior, arsitektur
ergonomy
neuro linguistic programming dan semua hal yang secara frankly speaking
adalah mengkompensasi keterbatasan pikiran dan emosi manusia
emosi, emosi, dan emosi
dan juga…….

hukum 🙂

I like [all these] a lot 🙂

so many things to learn, so many tools to use, and in some ways so little time.

so many experiences that will come to me, whether explicitly requested or they just come to me (“the Secret Law of Attraction“, remember?)

so many consequences to overcome… all because I need to be responsible of all my actions, and non-actions…

………

the probably last but most essential point of my soul searching journey, is …

HEART.

few people (I guess) know what it is.
few people know what it actually stands for.
even fewer know what’s inside other people’s hearts.

most people, probably including me, will never know completely what they really want to know about it, even until their deaths

yang bisa kulakukan sekarang hanyalah menduga
judging, assuming, mengira-ira, mengambil kesimpulan, mencari hipotesis
berdasarkan previous beliefs, assumptions, experiences, dan observations

….

Kesimpulan sementara, do you want to know?

Gw masih sedih.
Sedih karena ‘heart’ isn’t like what I expected…

Saya kecewa dengan hatiku sendiri.
Dan sampai batas tertentu dan dengan pemahaman dan rationale tertentu, saya juga kecewa dengan hati orang lain.

(Explanation: ‘heart’ atao ‘hati’ yang saya maksud di sini bukan hati dalam pengertian sempit seperti hati-nya orang yang lagi jatuh cinta, tapi lebih ke pengertian yang lebih luas di mana hati adalah esensi dari jiwa seorang manusia, _terlepas_ dari emosi atau perasaan)

Analogically philosophically illustratively, terlalu banyak “helmet” yang dipakai untuk melindungi heart tersebut.

Helmet ego…
Helmet jabatan, pangkat…
Helmet status sosial…
Helmet status ekonomi…
Helmet gengsi atau ja-im…
Helmet ketidakmauan…
Helmet public figure…
Helmet harga diri, harkat, martabat…. (yang saya sendiri belum pernah
buka kamus untuk mengetahui artinya apa kata2 tersebut)
Helmet asumsi
Helmet kultural
Helmet tradisi keluarga, tradisi desa, tradisi bangsa dan
tradisi-tradisi lainnya
Helmet negara
Helmet agama…………… (auch!)
Helmet gender 😛

Intermezzo: Gw barusan mendengar kisah “unik” di mana pada sebuah konferensi internasional, wakil parlemen (?) dari Prancis melakukan walk out dari pertemuan, dikarenakan seorang pengusaha Perancis yang hadir di situ menggunakan bahasa Inggris untuk menyampaikan materinya. Mungkin ini yang dinamakan “helmet bahasa”? (Penjelasan: pejabat tersebut hanya suka kalau mereka menggunakan bahasa Prancis alias French) Gw sendiri nggak tahu pasti mana konferensi yang dimaksud dan beritanya seperti apa, so ini hanyalah desas-desus. Mungkin kalo suatu saat gw nemu peristiwa dimaksud, ntar gw bahas lg lebih detail

back to sebelum intermezzo: (kayak lirik lagu aja hahah)

Kenapa sih ada helmet? (helmet di sini tentu dalam artian filosofis, bukan secara fisik berbentuk helm yang sekadar helm non-standar yang masih banyak dijual itu sudah tidak laku lagi karena polisi sudah nggak mengakui fungsi dari helm non-standar. kasihan deh penjual helm?)

Helmet untuk melindungi apa, tentu saja…… dari luka. Dari luka hati. Untuk melindungi hati agar hati tersebut tidak terluka.

apakah jika Anda dihina, hati Anda terluka?
jika Anda dijelek-jelekkan orang, hati Anda terluka?
Anda dilecehkan, hati Anda terluka?
Anda dituntut ke pengadilan, hati Anda terluka?
Anda dirampok, hati Anda terluka?
Anda dikhianati teman Anda, hati Anda terluka?

Apabila pikiran Anda sesuai dengan perkiraan saya, maka Anda akan jawab “pasti dong!”, “tentu saja”, ato minimal, “iya juga sih”.

Saya sendiri, menjawab “TIDAK” pada semua pertanyaan di atas. Why?

Apabila saya dihina, ‘harga diri’ saya yang terluka
Apabila saya dijelek-jelekkan orang, ‘reputasi’ saya yang terluka
Apabila saya dirampok, ‘finansial’ saya yang terluka
Apabila saya dikhianati, ‘kepercayaan saya terhadap orang lain’ yang
terluka

dan seterusnya

Hati saya akan tetap seperti sediakala.

Karena hati merupakan satu hal yang terpisah dari hal-hal tersebut, helmet-helmet tersebut yang bersifat emosional, duniawi, material, intelektual, bahkan religius……..

Bagaimana cara membuktikannya?

Andai saya dirampok, lalu saya amnesia, apakah “hati” saya tetap terluka setelah itu?
Andai saya dijelek-jelekan, lalu saya amnesia, apakah “hati” saya tetap terluka setelah itu?
Andai saya dikhianati, lalu saya amnesia, apakah “hati” saya tetap terluka setelah itu?

Kalau memang hati saya terluka gara-gara dirampok atau hal-hal yang lain tadi, kenapa bisa hilang begitu saja hanya gara-gara amnesia?

Bukankah amnesia adalah kehilangan ingatan (sementara?) yang hubungannya dengan otak? Dengan pikiran?

Mungkinkah hati mengalami amnesia? Amnesia hati?

(this part is blanked intentionally)

…………………..

apakah yang terdapat di dalam hati?

Saya bilang bahwa hati Anda tidak mungkin amnesia. Pikiran Anda boleh amnesia. Google mungkin saja suatu saat (meski tidak kita harapkan) datacenternya kacau balau dan semua data pribadi Anda termasuk e-mail, kartu kredit, dan password Anda kebobolan… (bukan pertama kali terjadi) Tapi hati Anda, hati manusia yang sebenarnya tidak mungkin
amnesia.

Itu kesimpulan sementara saya saat ini.

Bagaimana mengujinya? Tentu saja semua hipotesis akan diuji terlebih dahulu untuk membuktikan kebenaran pernyataannya.

Saya tetap akan menggunakan metode amnesia tadi.

Ambil contoh seseorang yang suka berbuat baik, suka menolong, suka dermawan…
Lalu dia mengalami amnesia.
Setelah itu, dia lupa segalanya. Dia lupa teman2nya, lupa berapa jumlah uang di banknya, dan lupa namanya sendiri, bahkan orang tua dan anak2nya.

Pertanyaannya: Apakah setelah itu dia tetap suka berbuat baik, suka menolong, dan suka dermawan?

Pembuktian kedua, sebaliknya:

Ambil contoh seseorang yang suka mencuri, suka berbuat jahat, suka menyakiti orang lain……
Lalu dia mengalami amnesia.
Sama, dia juga lupa segalanya, lupa semua tindakan kejahatannya, lupasemua catatan kriminalnya di polisi… Dan anggap saja dia cukup beruntung sehingga tidak ada lagi polisi yang mengenali dia, mungkin dia terdampar di negara lain.

Pertanyaannya setara: Apakah setelah itu dia tetap suka berbuat jahat?

Sejujurnya, saya belum pernah melakukan pembuktian seperti itu… tapi saya mempunyai penalaran secara intuitif bahwa dalam kedua pertanyaan di atas, jawabannya adalah “YA, orang tersebut akan bersikap sama seperti sebelum dia amnesia.”

So, kesimpulan sementara saya adalah… hati tidak dapat amnesia.

……

Hati tidak terpengaruh oleh negara. Hati tidak akan terpengaruh oleh teman, uang, barang, agama, dan apa pun juga ……..

kecuali jika pemilik hati yang mengizinkannya.

Spiderman 3

Semi-intermezzo: Saya jadi teringat film Spiderman 3, di mana sang “stering” utama yaitu Peter Parker, seolah-olah menjadi jahat setelah mengenakan jubah hitam yang entah dari mana asalnya. Perubahan si Spiderman begitu dahsyat, sampai-sampai akhirnya dia memukul Mary Jane, kekasihnya sendiri yang sangat dicintainya. Tapi dia kembali seperti sifatnya sediakala yang baik dan lembut (dan naif, tidak sensitif terhadap perasaan cewek, hehe 😉 manakala dia berhasil melepaskan diri dari jubah hitam yang lengket2 tersebut…

Lain halnya dengan sang reporter antagonis yang saya lupa namanya (update: Harry Osborn), karena sudah berniat jahat bahkan sebelum tercemari oleh jubah hitam yang sama. Begitu mendapatkan kekuatan jubah hitam, maka dia menjadi semakin jahat. Dan begitu sayangnya dia dengan jubah jahatnya itu sampai-sampai pada saat Spiderman menghancurkan sang jubah… sang reporter pun rela ikut ke dalamnya!

How long can any man fight the darkness, before he finds it in himself?

Sebuah moral cerita yang indah bukan…?

So kalo saya ngasih nilai review 5 stars buat film Spiderman 3, what made it 5 stars is not the action & visual effects… but the deep philosophical meaning it expresses. 🙂

Tanpa helmet-helmet sekali pun, hati yang sebenarnya tidak akan mungkin terluka.

Justru menurut saya, helmet-helmet itu tadi lah yang melukainya. Helmet-helmet itu tadi lah yang mengubah hati… karena pemilik hati mengizinkan hal-hal yang berhubungan dengan helmet-helmet tadi untuk mengubah hatinya, dan mungkin, perlahan sedikit demi sedikit, melupakan jati diri hatinya yang sebenarnya yaitu hati yang murni, penuh kasih sayang yang tulus, yaitu hati nurani manusia secara universal.

….

Hearts can change. The only person who can change a person’s heart is, themself.

Similar Posts